Entri Populer

Selasa, 28 Desember 2010

Pelatihan Pembelajaran Berbasis TIK Bagi GPAI (ungkapan hati)

Di tengah kesibukan aktivitas sebagai guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dan sekretaris MKKS (Musyawarah Kerja Kepala Sekolah) Kabupaten Pesawaran, suasananya panas dan terik serta melelahkan, hp saya berdering dan bergetar, ada satu panggilan masuk, "Abi, harus sampai di Hotel Sahid Bandar Lampung pada jam 14:00 WIB", kata seorang wanita yang suaranya sangat saya kenal, isteri yang saya cintai. Saat itu saya sedang sibuk di sebuah percetakan membuat setingan "baleho" dalam rangka peringatan Hari Ibu ke-82 pesanan Kadis Pendidikan Kabupaten Pesawaran. Akhirnya, dengan masih berpakaian seragam dinas, belum bawa perlengkapan pribadi, saya berangkat ke Hotel Sahid Bandar Lampung pada pukul 14:15 "bareng" dengan isteri yang juga jadi peserta pelatihan.

Setelah mengikuti acara pembukaan, kami mendapatkan orientasi pelatihan oleh Seamolec dan Kepala Bidang Mapenda Kemenag Provinsi Lampung, seketika itu kami merasa orang yang paling beruntung. Betapa tidak, kami akan dilatih dan dibimbing Pembelajaran PAI Berbasis TIK lengkap dengan satu set netbook untuk setiap peserta!!! LUAR BIASA, BERUNTUNG BANGET AKU....

Kami diajari dan dilatih membuat email, membuat blog, mengoperasikan program MS Word, MS Excel, Powerpoint, dengan kesabaran yang luar biasa dari para instruktur Seamolec melayani setiap peserta. Ada yang serius, ada yang lucu karena keluguannya.

Terbayang dalam pikiran saya, betapa seriusnya Bapak Direktur Direktorat Pendidikan Agama Islam di Sekolah dalam Pengembangan Pendidikan Agama Islam di Sekolah (PAIS). Saya bangga memiliki profesi sebagai Guru PAI. Saya yakin kalau program ini diikuti dengan serius, GPAI bukan lagi profesi "second class", tapi akan menjadi profesi guru yang akan menjadi sebab kecemburuan guru mata pelajaran yang lain. Apalagi Direktorat PAIS juga memberikan besiswa S-2 bagi GPAI. Salam Hormat untuk Bapak Direktur, syukron jazakallah khairul jazaa'

bekerja ikhlas dan profesional

khlas Profesional

8 Comments
Tags: , ,
Posted 09 Jun 2010 in Teropong
___________
Pada dataran praksis ikhlas tidak lain aktivitas supra-profesional atau profesional profetik. Bila ikhlas itu dimaknai bekerja semata-mata karena Allah dan dalam rangka memperoleh ridha-Nya, mestinya ia dilakukan dengan sungguh-sungguh melebihi kesungguhannya untuk aktivitas yang lain seperti mencari uang, pangkat dan kedudukan.
____________
Oleh: Ahmad Muttaqin
Gagasan profesionalisasi gerakan Islam mengindikasikan selama ini aktivitas dakwah belum dikelola dengan benar, sekedar kegiatan sambilan di tengah kesibukan bekerja di sektor formal. Kesannya, ikhlas adalah aktivitas tidak berbayar dan gratisan, sementara professional itu bergaji tinggi dan berorientasi financial.  Karena gratisan, sesuatu yang ikhlas  biasanya dikerjakan sambil lalu, asal-asalan, dan dengan waktu+tenaga turahan. Tentu saja ini bertolak belakang dengan professional yang direncanakan secara matang dan dilaksanakan dengan penuh kesungguhan. Tidak bisakah memadukan keduanya; ikhlas yang professional atau profesional tapi ikhlas?
***
Dalam kontek menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, dakwah adalah kewajiban. Karena esensi dakwah itu menyampaikan ayat-ayat Allah (ballighu ‘anni walau ayah) dalam rangka pencerahan spiritual dan intelektual, maka menerima upah dari aktivitas ini dianggap tidak elok. Haram hukumnya menjual ayat-ayat Allah, demikian alasan yang sering digunakan. Menurut pendukung argumen ini, aktivitas dakwah harus dilakukan secara ikhlas.
Masalahnya, sering dipahami ikhlas itu aktivitas sampingan di sela-sela kegiatan utama.  Kata ikhlas biasanya dijadikan alasan untuk melakukan amanah sekenanya dan sembarangan. Atas nama ikhlas seorang aktivitas kadang merasa tidak berdosa saat absent dalam rapat organisasi tanpa alasan. Dengan dalih yang penting ikhlas banyak orang bersedekah sekecil-kecilnya: “lebih baik sedikit tapi ikhlas dari pada banyak tapi riya”, katanya. Tidak jarang keikhlasan dijadikan pembenar untuk lebih mementingkan aktivitas hedonis dari pada dakwah itu sendiri.
Bila semacam ini yang selama ini terjadi, wajar kalau aktivitas dakwah terkesan tanpa konsep, arah dan target yang jelas. Program yang muncul selalu reaktif, bukannya pro aktif. Alih-alih menjadi trend setter perubahan,  dakwah dan pencerahan spiritual hanya tambal sulam dari arus besar perubahan sosial.
***
Mengelola organisasi dakwah tentu bagian dari ibadah. Agar dimensi ibadah tidak menguap, pengelolaanya mesti mengacu pada prinsip-prinsip ibadah. Secara fiqhiyah suatu perbuatan dikatakan ibadah bila: (1) dilakukan dengan niat yang benar, semata-mata karena Allah; (2) berdasar tuntunan yang jelas  [dalilnya kuat berdasar Qur'an + sunnah shahihah & maqbulah] (3) dikerjankan secara sungguh-sungguh [sesuai syarat dan rukun, tertib, tuma'ninah, khusuk].
Bila dianalogkkan dengan prinsip-prinsip ibadah di atas, maka mengelola organisasi Islam, lembaga dakwah dan pusat-pusat pencerahan intelektual dan spiritual mestinya dikerjakan dengan: (a) niat yang tulus,  tidak dalam rangka mencari keuntungan atau memenuhi ambisi pribadi; (b) dikerjakan sesuai dengan aturan dan prinsip-prinsip berorganisasi yang benar; serta (c) dilaksanakan tidak dengan main-main. Hal ini mengindikasikan berorganisasi baru bisa dilakukan secara ikhlas bila dilaksanakan secara professional. Bahwa di kemudian hari dari aktivitas ikhlas professional ini mendatangkan “berkah” duniawai bagi pelakunya, maka itu adalah “bonus” kerja keras dan kesungguhannya.
Pada dataran praksis ikhlas tidak lain aktivitas supra-profesional atau profesional profetik. Bila ikhlas itu dimaknai bekerja semata-mata karena Allah dan dalam rangka memperoleh ridha-Nya, mestinya ia dilakukan dengan sungguh-sungguh melebihi kesungguhannya untuk aktivitas yang lain. Kalau bekerja demi uang, pangkat dan kedudukan bisa dilakukan dengan serius, disiplin, dan tertib, mengapa bekerja lillahita’ala dalam mengelola organisasi dakwah dilakukan secara sembarangan? Bukankah lillaahi ta’aala itu diatas segalanya (li an-naas, li al-fulush, li ad-dunya, dll.)?
Jadi, memadukan profesioanalitas dengan keikhlasan tidak hanya bisa dan mungkin, tapi suatu keniscayaan. “It is a must” agar gerakan dakwah bisa mengimbangi aktivitas-aktivas sekular yang professional.

The Best Keyword for the article:

Share and Enjoy:
  • Print
  • Digg
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google Bookmarks
  • email
  • PDF
  • Posterous
  • Reddit
No related posts.

8 Comments

  1. Setuju, Bro! Profeional pun bisa ikhlas.
    Selama ini, yang kayaknya dan katanya dikelola dengan ikhlas, tetep saja memerlukan “modal kapital” yang “seringnya” memang tidak terang-terangan, malah jadi terlihat seperti “korupsi”. Padahal, sebenarnya dia telah bekerja dengan keras dan penuh “peras keringat.” :-D
    Reply
  2. Maksudnya “keniscayaan” apa pakde?
    Reply
  3. Sepakat kang…. baru bisa dikatakan ikhlas jika memang dilakukan secara optimal. dan reward kapital yang diperoleh merupakan BONUS dan dapat lebih meningkatkan kadar keikhlasannya. karena Kapital itu juga menjadi bagian penting (bukanlah yang ter-PENTING)untuk menunjang kegiatan dakwah…. ;)
    Reply
  4. Setuju
    hanya dengan iklash hasilnya bisa optimal…
    IKLASH = PROFESIONAL
    Reply
  5. vera
    wallohu a’lam bissowaf
    Reply
  6. adim paknala
    jadi ingat lagunya Nasyida Ria Semarang:
    ….
    “untuk siapakah kau beramal (tereret…tereret…..)
    karna siapakah kau ibadah (theeuuwwwww….. )
    ……
    bukan untuk yang lain… ikhlaaaas…
    hanya untuk Yang Esa… ikhlaaaaas…
    ….
    ikhlaaaas…ikhlaaaass….. ikhlaaaassss……
    ==kalo goyang pinggulnya banyak-banyak, gak ikhlas! kekekek….==
    and, see this link:
    http://www.mp3.com/albums/76043/summary.html
    Reply
  7. Nice post…menarik sekali untuk dibaca ^_^
    Ditunggu kunjungan balasannya ke blog saya:
    http://www.jurnal-hidup.co.cc
    Jika berminat tukaran link klik disini
    Salam Kenal.
    Reply


Add Your Comment






:-)) :-) :-D :-P (woot) ;-) :-o X-( :-( :-& (angry) (annoyed) (bye) B-) (cozy) (sick) (: (goodluck) (griltongue) (mmm) (hungry) (music) (tears) (tongue) (unsure) (dance) (doh) (brokenheart) (drinking) (girlkiss) (rofl) (money) (rock) (nottalking) (party) (sleeping) (thinking) (bringit) (worship) (applause) 8-) (gym) (heart) (devil) (lmao) (banana_cool) (banana_rock) (evil_grin) (headspin) (heart_beat) (ninja) (haha) (evilsmirk) (bigeyes) (funkydance) (idiot) (lonely) (scenic) (hassle) (panic) (okok) (yahoo) (K) (highfive) (LOL) (blush) (taser)